Rabu, 31 Mei 2017

Tausiyah ke-5 Ramadhan 1438 H.


Gambar: Seorang anak perempuan bernama Khairunnisa Hafizhah binti Muhammad Irmansyah Asy-Syadzili  sedang membaca Al Quran dalam Ramadhan 1433 H ketika itu usianya 5 tahun dan alhamdulillah kini sudah hafal keseluruhan Juz 30 dan sedikit Juz 29. Ketika usia 5 tahun sudah belajar shaum Ramadhan. Arti khair adalah baik, arti Nisa adalah perempuan. Hafizhah artinya seorang perempuan yang hafal Al Quran. Jadi nama lengkapnya Khairunnisa Hafizhah berarti seorang anak perempuan yang baik yang hafal Al Quran.


Buya MEI dalam Ramadhan 1438H, Tausiyah ke-5.


بسم الله الرحمن الرحيم
نحمده ونصلي على رسوله الكريم حامدا ومصليا ومسلما

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.
Hampir semua Kitabullah diturunkan pada bulan Ramadhan ini. 
Begitu pula Al-Quran telah diturunkan dari Lauhul Mahfuzh ke langit dunia pada bulan Ramadhan. Lalu diturunkan berangsur-angsur menurut kejadiannya dalam masa kurang lebih 23 tahun. 
Selain itu, Ibrahim a.s. telah menerima shuhuf (kitab suci) pada tanggal 1 atau 3 Ramadhan. Dawud a.s. menerima Zabur pada tanggal 18 atau 12 Ramadhan. Musa a.s. menerima Taurat pada hari ke-6, Isa a.s. menerima Injil pada hari ke-12 atau ke-13. Dari sini dapat diketahui adanya hubungan yang erat antara kitab-kitab Allah dengan Ramadhan. 
Oleh karena itu, hendaknya kita membaca Al-Quran  sebanyak mungkin pada bulan ini. Demikianlah kebiasaan para Waliyullah. Jibril a.s. pun membacakan seluruh Al-Quran kepada Rasulullah SAW. pada bulan Ramadhan. Riwayat lain menyatakan bahwa Rasulullah SAW. yang membaca dan Jibril a.s. mendengarkannya. 

Dengan menggabungkan riwayat-riwayat tersebut, para ulama menyatakan bahwa mustahab (sangat dianjurkan) membaca Al-Quran dengan cara seperti itu (seorang membaca, yang lain mendengarkan secara bergantian). Bacalah Al-Quran kapan saja ada kesempatan, dan waktu yang lain jangan disia-siakan.

Dalam akhir hadist Salman r.a. Rasulullah SAW. menganjurkan empat hal agar kita mengamalkannya sebanyak mungkin pada bulan Ramadhan, yaitu membaca kalimat Thayyibah, ber-istighfar, memohon dimasukkan kedalam surga, dan berlindung dari Jahannam. Dengan demikian, kapan saja ada waktu luang, anggaplah itu sebagai suatu kebahagiaan untuk beramal. Apa sulitnya kita membiasakan lidah dengan ber-shalawat atau mengucapkan kalimat Thayyibah dalam kesibukan sehari-hari? Kata-kata itu kelak akan senantiasa dalam lisan kita. 
Billahi Fii Sabilil Haq.

سبحان الله وبحمده سبحانك اللهم وبحمدك أشهدأن لاإله إلا أنت  أستغفرك وأتوب إليك

Pondok Al-Qusyairiyyah, 5 Ramadhan 1438 H (31/5/2017)

Buya MEI (Muhammad E Irmansyah Al Syadzili)



Selasa, 30 Mei 2017

Tausiyah ke-4 Ramadhan 1438 H



Lukisan Syaikh DR. KH. Luqman Hakim, MA.- Guru Thoriqoh Syadziliyyah. Judul: Ya Hayyu Ya Qayyum.

Buya MEI dalam Ramadhan 1438H, Tausiyah ke-4.

بسم الله الرحمن الرحيم
نحمده ونصلي على رسوله الكريم حامدا ومصليا ومسلما

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.
Sebuah syair berbunyi:
"Jika tidak ada kemauan, beribu-ribu alasan yang dapat engkau kemukakan."

Namun demikian, betapa banyak hamba Allah yang sempat memanfaatkan kesempatan yang sangat bernilai ini. Saya melihat sendiri guru saya, Syaikh Prof. Mohammad Hossain di Pakistan Timur Bangladesh dalam bulan Ramadhan 1429 H, dalam keadaan sakit dan lemah, ia biasa membaca dan memperdengarkan satu seperempat juz Al-Quran dalam shalat Nafil setelah maghrib. 

Kemudian selama setengah jam ia makan dan menunaikan beberapa keperluan. Biasanya ia shalat Tarawih dan Isya kurang lebih dua atau dua seperempat jam ketika di Bangladesh, dan tiga jam ketika tinggal di Madinah. Lalu ia tidur selama dua atau tiga jam, sesuai dengan musimnya. 

Setelah itu ia membaca Al-Quran di dalam Tahajjud. Setengah jam sebelum Shalat Shubuh, ia makan sahur, kemudian sibuk membaca hafalan Al-Quran atau wirid hingga Shubuh. Setelah shalat Shubuh dilanjutkan dengan muroqobah sampai Isyraq. Setelah itu, ia beristirahat lebih kurang satu jam, lalu sibuk menulis Badzlul-Majhud dalam bahasa Arab (sebuah kitab syariah hadist Abu Dawud) sampai tengah hari. Setelah itu ia membaca surat-surat dan mendiktekan balasannya (jika musim panas) hingga pukul 13:00. Kemudian ia beristirahat kembali hingga tiba shalat Dzuhur dan membaca Al-Quran dari Dzuhur sampai Ashar. Dan dari Ashar sampai Maghrib, ia sibuk bertasbih dan berbincang-bincang dengan tamu-tamunya.

Ketika penulisan Badzlul-Majhud selesai, ia mengisi waktunya dengan menelaah kitab-kitab agama dan membaca Al-Quran. Ketika itu ia sangat berkonsentrasi terhadap Badzul-Majhud dan Wafaul-Wafa. Demikianlah kegiatan tetap kesehariannya pada bulan Ramadhan tanpa ada perubahan. Dan shalat-shalat sunnat tersebut adalah amalan harian yang biasa ia kerjakan, namun pada bulan Ramadhan rakaatnya lebih diperpanjang.

Para masyaikh lainnya juga sangat memperhatikan bulan Ramadhan, bahkan lebih hebat lagi, sehingga kita sulit meneladaninya. Syaikhul-Hindi (Syaikh Mahmudul-Hasan rah.a.) biasa mengerjakan shalat nafil setelah shalat Tarawih hingga fajar dan mendengarkan bacaan Al-Quran beberapa orang hafidz secara bergantian. Syaikh Abduraahim Raipuri sibuk membaca Al-Quran siang dan malam selama bulan Ramadhan, sehingga ia tidak sempat melakukan surat-menyurat atau menerima tamu. Para khadim dekatnya saja yang diizinkan sejenak menemuinya, yaitu setelah shalat Tarawih pada waktu minum satu dua cangkir teh.

Maksud Buya menceritakan amalan para masyaikh dalam menghabiskan bulan Ramadhan ini bukan sekedar untuk bahan bacaan atau menyebarkan pemikiran, tetapi bertujuan untuk mendorong kita (memberi targhib) agar mengikuti mereka sesuai dengan kemampuan yang ada. Betapa beruntung orang yang tidak bergantung pada kesibukan dunia dan berusaha memperbaiki kehidupannya dalam bulan ini, setelah melewati sebelas bulan lainnya dengan sia-sia.
Bagi orang yang biasa bekerja dari pk. 08:00 hingga pk. 16:00, tentu tidak memberatkan jika pada bulan Ramadhan -- dari Shubuh sampai jam kerja -- waktunya digunakan untuk membaca Al-Quran. Meskipun sibuk dengan urusan dunia, kita tetap memiliki waktu untuk membaca Al-Quran, bahkan pada jam kerja sekalipun.

Bagi yang sibuk di pertanian yang tidak bekerja atas perintah orang lain, jelas tidak ada penghalang untuk membaca Al-Quran ketika bekerja di sawah. Ia bebas menggunakan waktu kerjanya. Sambil duduk-duduk, ia dapat membaca Al-Quran. Demikian pula dengan pedagang; pada bulan Ramadhan, setidaknya mereka dapat mempersingkat jam kerjanya atau paling tidak menunggu dagangannya sambil membaca Al-Quran. Bagaimanapun, ada hubungan yang erat antara Ramadhan dengan Al-Quran.

سبحان الله وبحمده سبحانك اللهم وبحمدك أشهدأن لاإله إلا أنت  أستغفرك وأتوب إليك

Pondok Al-Qusyairiyyah, 4 Ramadhan 1438 H (30/5/2017)


Buya MEI (Muhammad E Irmansyah Al Syadzili)


Senin, 29 Mei 2017

Tausiyah ke-3 Ramadhan 1438 H

 
Marhaban Ya Ramadhan

Buya MEI dalam Ramadhan 1438 H-Tausiyah ke-3

بِسْم الله الرحمن الرحيم
نحمده ونصلي على رسوله الكريم حامداومصليا ومسلما

Kaum muslimin yang dirahmati Allah Azza Wa Jalla. Kemarin telah kami bawakan sebuah hadist dari Salman r.a., hari ini Buya sampaikan penjelasan tentang faedah atau keutamaan hadist tersebut. 

Dari sudut ilmu Mustholahul Hadist (ilmu yang menjadi alat untuk mengetahui kondisi seorang periwayat dan hadist yang diriwayatkan dari sisi diterima atau ditolak) maka hadist ini dapat dikategorikan dhaif
Namun dapat diterima karena hadist ini mengenai fadhilah amal dan banyak dikuatkan oleh hadist lainnya maka hadist ini dapat diterima. Ada beberapa hal yang dapat kita ketahui dari hadist pada tausiyah ke-2 kemarin. Pertama, betapa besar perhatian Rasulullah SAW., sehingga secara khusus beliau berkhotbah pada akhir bulan Sya'ban, menasihati dan memperingatkan manusia agar jangan melalaikan bulan Ramadhan walaupun hanya satu detik. Dalam nasihatnya Rasulullah SAW. menjelaskan dengan panjang lebar keutamaan bulan Ramadhan kemudian memberi beberapa petunjuk yang penting untuk diperhatikan. 

Pertama, hakikat Lailatul-Qadar sebagai malam yang sangat penting. Penjelasannya akan dipaparkan di lain kesempatan.

Rasulullah SAW. bersabda bahwa Allah mewajibkan puasa pada bulan Ramadhan. Dan Allah telah menjadikan qiyam, yaitu Shalat Tarawih sebagai sunnah.
Juga dapat diketahui bahwa Shalat Tarawih telah diperintahkan langsung oleh Allah.
Adapun riwayat-riwayat yang menerangkan bahwa Rasulullah SAW. menisbatkan sunnah Tarawih pada dirinya, maksudnya sebagai penguat perintah Allah tadi, sehingga para imam madzhab sepakat bahwa Shalat Tarawih adalah sunnah. Dan tertulis di dalam Al-Burhan, bahwa tidak seorangpun diantara kaum muslimin yang menolak kesepakatan itu kecuali kaum Rawafidh (Syi'ah). Dan Syaikh Maulana Syah Abdul Haq Muhaddits Dehlawi rah.a. dalam kitab Ma Tsabata Bis Sunnah telah menulis dari beberapa kitab fiqih bahwa jika suatu masyarakat kita meninggalkan Shalat Tarawih, maka pemerintahnya harus memerangi mereka.
Ada suatu hal penting yang harus diperhatikan, bahwa pada umumnya orang-orang berpendapat bahwa hanya dengan mendengarkan bacaan Al-Quran di masjid selama delapan atau sepuluh hari, itu telah mencukupi, lalu amalan tersebut dapat ditinggalkan. Masalah ini perlu diteliti kembali, sebab sebenarnya ada dua sunnah yang berbeda dalam masalah ini:
(1) Mendengar atau membaca seluruh Al-Quran didalam Shalat Tarawih adalah ketetapan sunnah.
(2) Shalat Tarawih pada setiap malam Ramadhan adalah sunnah.
Dengan demikian jelaslah bahwa apabila mereka mendengarkan hafalan Quran hanya beberapa hari kemudian mereka meninggalkannya, berarti mereka mengamalkan satu sunnah dan meninggalkan yang lainnya.

Bagi orang yang sedang bepergian atau keadaannya sulit untuk menunaikan Shalat Tarawih di suatu tempat, maka lebih baik ia mendengarkan Al-Quran selama beberapa hari pada awal bulan Ramadhan, sehingga tidak mengurangi bacaan Al-Quran-nya. Jika ada kesempatan melaksanakan Shalat Tarawih dimana saja, hendaknya ia melaksanakannya, sehingga (menghafal) Al-Quran dapat terlaksana, dan pekerjaan kitapun tidak terbengkalai. Setelah Rasulullah SAW. menjelaskan mengenai puasa dan tarawih, beliau menganjurkan agar menunaikan ibadah fardhu dan sunnah-sunnah lainnya. Pahala mengamalkan satu sunnah pada bulan Ramadhan sama dengan pahala beramal wajib di luar Ramadhan. Dan pahala menunaikan satu amalan wajib pada bulan Ramadhan sama dengan pahala menunaikan tujuh puluh amalan wajib di luar bulan Ramadhan.

Berkenaan dengan hal ini, kita hendaknya memikirkan keadaan ibadah kita. Dalam bulan keberkahan ini hendaknya kita berpikir, sejauh manakah perhatian kita dalam menyempurnakan kewajiban dan menambah amalan sunnah.

Perhatian kita terhadap amalan fardhu pada saat ini adalah demikian:

Kebanyakan di antara kita meneruskan tidur setelah sahur, sehingga meng-qadha shalat Shubuh, setidak-tidaknya tertinggal Shalat berjamaah. Seolah-olah inilah syukur kita, ibadah wajib yang sangat perlu diperhatikan malah kita qadha atau paling tidak kita menguranginya.
Padahal, para ahli ushul berpendapat bahwa Shalat tanpa berjamaah adalah suatu kekurangan, bahkan Rasulullah SAW. bersabda bahwa seolah-olah tidak sah shalat mereka yang tinggal di sekitar masjid kecuali di masjid. Tertulis dalam Mazharil Haq bahwa barangsiapa shalat tanpa berjamaah tanpa udzur, maka kewajiban shalatnya sudah terpenuhi, namun pahala shalatnya tidak ia dapatkan. Demikian juga dengan Shalat Maghrib. Biasanya, ketika itu orang sedang sibuk berbuka puasa, sehingga tidak perlu dibicarakan lagi tentang orang-orang yang tertinggal rakaat pertama atau takbir pertama. 
Mengenai Shalat Isya, karena beranggapan untuk mengganti kebaikan-kebaikan pada Shalat Tarawih, banyak yang Shalat Isya sebelum waktunya.

Demikianlah amalan kita pada bulan Ramadhan. 
Karena ingin menunaikan satu amalan wajib, tiga amalan lainnya dilalaikan. Inilah yang paling sering terjadi.
Sedangkan Shalat Dzuhur (qailulah), kita tertinggal berjamaah Dzuhur. Begitu juga dengan Shalat Ashar. Karena sibuk mempersiapkan makanan ifthar, maka tertinggallah Shalat berjamaah Ashar.

Itulah semestinya kita pikirkan, sejauh manakah kita menunaikan kewajiban-kewajiban pada bulan Ramadhan yang penuh berkah ini? Jika yang wajib saja begitu sulit untuk diamalkan, bagaimana dapat mengamalkan yang Sunnah? Shalat Israq dan Shalat Dhuha pada bulan Ramadhan sering kita tinggalkan karena tidur. Apalagi Shalat Awwabin, karena sibuk berbuka dan khawatir dengan Shalat Tarawih yang panjang, akhirnya Shalat Awwabin ditinggalkan, dan waktu Shalat Tahajud kita juga habis karena digunakan untuk sahur. Belum lagi "main WA" pada jaman sekarang ini yang juga banyak menyita waktu kita di bulan suci Ramadhan ini. Apabila demikian, kapankah ada kesempatan untuk melakukan Shalat Sunnah? Semua itu terjadi karena orang-orang tidak memperhatikan atau tidak ingin mengamalkannya. 
Insya Allah kita termasuk golongan orang-orang yang hijrah dan dimulai di bulan Ramadhan 1438 Hijriah ini. Amin.
Selamat berpuasa. 

سبحان الله وبحمده سبحانك اللهم وبحمدك أشهدأن لاإله إلا أنت  أستغفرك وأتوب إليك


Jakarta, 3 Ramadhan 1438 H.

Buya MEI (Muhammad E. Irmansyah Al-Syadzili)

Minggu, 28 Mei 2017

Tausiyah ke-2 Ramadhan 1438 H

 

Buya MEI dalam Ramadhan 1438 H. Tausiyah ke-2:

‎بسم الله الرحمن الرحيم
‎نحمده ونصلي على رسوله الكريم حامدا ومصليا ومسلما.

Kaum muslimin yang dirahmati Allah Azza Wa Jalla. 

Buya bawakan sebuah hadist dari Salman r.a., ia berkata, "Pada akhir bulan Sya'ban, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam berkhotbah kepada kami. 

Beliau bersabda, 'Wahai manusia, telah dekat kepadamu bulan yang agung lagi penuh berkah. Bulan yang didalamnya terdapat satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan.
Bulan yang didalamnya Allah menjadikan puasa sebagai fardhu dan bangun malam sebagai sunnah. 

Barangsiapa mendekatkan diri didalamnya dengan beramal sunah, maka pahalanya (seperti) seperti orang yang beramal fardhu pada bulan lainnya. Dan barangsiapa beramal fardhu di dalamnya, maka pahalanya seperti orang yang beramal tujuh puluh amalan fardhu pada bulan lainnya. Inilah bulan kesabaran, dan pahala sabar adalah adalah surga. Inilah bulan kasih sayang, bulan saat rejeki seorang mukmin ditambah. 

Barangsiapa memberi makanan berbuka kepada orang yang berpuasa, maka itu menjadi ampunan bagi dosa-dosanya, dan mendapat pahala yang sama tanpa mengurangi pahala orang itu sedikitpun.' 

Mereka berkata, 'Ya Rasulullah, tidak setiap kami memiliki makanan untuk diberikan kepada orang yang berbuka puasa.' Beliau bersabda, 'Allah memberi pahala kepada orang yang memberi makanan untuk berbuka puasa; meskipun sebutir kurma, seteguk air, atau sesisip susu. Inilah bulan yang awalnya penuh rahmat, tengahnya penuh ampunan, dan akhirnya kebebasan dari api neraka. Barangsiapa meringankan beban hamba-hamba sahayanya pada bulan itu, maka Allah akan mengampuninya dan membebaskannya dari api neraka. 

Perbanyaklah empat amalan pada bulan itu. Dua diantaranya menyenangkan Tuhannya, dan dua lainnya kamu pasti memerlukannya. Adapun dua perkara yang dengannya kamu menyenangkan Tuhanmu adalah: Bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan kamu memohon ampunan-Nya. Dan dua perkara yang kamu pasti memerlukannya adalah: kamu memohon surga kepada Allah dan kamu berlindung kepada-Nya dari api neraka. Barangsiapa memberi minum kepada orang yang berpuasa, maka Allah akan memberimu seteguk minum dari telagaku yang ia tidak akan haus hingga ia masuk surga.'" (Ibnu Khuzaimah, Baihaqi, Ibn Hibban).

Insya Allah tausiyah ke-3 akan membahas Fadhilah dari hadist ini. Selamat berpuasa. Barakallahu fiikum.

سبحان الله وبحمده سبحانك اللهم وبحمدك أشهدأن لاإله إلا أنت  أستغفرك وأتوب إليك

Jakarta, 2 Ramadhan 1438 H.
Buya MEI (Muhammad E Irmansyah Al Syadzili)

Sabtu, 27 Mei 2017

Tausiyah ke-1 Ramadhan 1438 H


Marhaban Ya Ramadhan

Buya MEI dalam Ramadhan 1438 H. 
Tausiyah ke-1.

بسم الله الرحمن الرحيم
نحمده ونصلي على رسوله الكريم حامدا ومصليا ومسلما

Segala puji bagi Allah, shalawat serta salam semoga terlimpah ke atas utusan terpilih, Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam. 

Rasulullah SAW. telah menjelaskan kepada kaum muslimin mengenai keutamaan setiap amalan. 
Cara menghargai dan mensyukurinya adalah mengamalkannya dengan sungguh-sungguh. Sayangnya, karena kelemahan kita dan kelemahan semangat kita dalam menjalankan agama, kita sering melalaikan keutamaan-keutamaan tersebut dan tidak benar-benar memperhatikannya. 
Bahkan sekarang ini dalam diri banyak orang, pengetahuan tentang amalan ini sangat sedikit. 

Tujuan Buya menuliskan beberapa hadist mengenai Ramadhan mulai hari ini adalah agar para hafizh Al-Quran yang mengimami Shalat Tarawih dan alim ulama yang bersemangat tinggi terhadap agama dapat menyampaikan perihal penting ini di masjid-masjid atau di majelis-majelis pada awal-awal bulan Ramadhan. Sehingga, dalam bulan yang penuh berkah ini tidak mustahil rahmat Allah dan melalui berkah kalam-Nya dapat membuat kita lebih bertawajuh kepada-Nya dan dapat meningkatkan amal shalih kita, serta mengurangi amal buruk kita. 

Rasulullah SAW bersabda, "Jika ada seseorang yang dengan sebab dirimu memperoleh hidayah, maka itu lebih baik dan lebih utama daripada mendapatkan unta merah."

Ramadhan adalah kenikmatan dari Allah SWT. yang sangat agung bagi kaum muslimin, selama nikmat tersebut dihargai. Jika tidak, bulan Ramadhan akan datang dan pergi begitu saja tanpa ada manfaat apapun. Sebuah hadist menyebutkan, "Seandainya manusia mengetahui tentang bulan Ramadhan, niscaya umatku akan berharap agar setahun penuh menjadi bulan Ramadhan." 

Setiap orang tentu memahami betapa sulitnya jika setahun penuh berpuasa. Namun, jika kesulitan itu dibandingkan dengan pahala bulan Ramadhan, Rasulullah SAW bersabda, "Niscaya umatku akan mengharapkan setahun penuh menjadi bulan Ramadhan."

Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Berpuasa pada bulan Ramadhan dan tiga hari setiap bulan akan menjauhkan pikiran jahat dan rasa was-was di dalam hati." Sehingga pernah ketika para sahabat dalam suatu perjalanan jihad pada bulan Ramadhan, mereka tetap berpuasa, padahal Rasulullah SAW berkali-kali membolehkan mereka untuk berbuka. Akhirnya, beliau terpaksa melarang mereka agar tidak berpuasa. 

Di dalam Shahih Muslim  disebutkan sebuah hadist bahwa dalam suatu pertempuran, para sahabat r.a. tiba di suatu tempat. Ketika itu cuaca sangat panas. Karena kemiskinan mereka, seluruh sahabat tidak memiliki kain untuk berlindung dari terik matahari. Banyak di antara mereka yang menggunakan tangan mereka untuk berlindung dari panas matahari. Meskipun demikian, mereka tetap berpuasa sehingga banyak di antara mereka yang menjadi lemah tidak mampu berdiri, bahkan sampai terjatuh. Ada lagi sekelompok sahabat r.a. yang berpuasa sepanjang tahun.

Banyak sekali hadist Rasulullah SAW yang menyebutkan tentang keutamaan bulan Ramadhan, dan Buya tidak mungkin menuliskan seluruhnya di WAG Sobat Perubahan ini. 
Namun Insya Allah sedikit demi sedikit mulai hari ini kita jalani. 

Semoga Allah Azza Wa Jalla dengan kemuliaan-Nya dan melalui berkah kekasih-Nya mengabulkan amalan kita ini dan melimpahkan Taufik kepada kita semua yang berdosa ini agar memperoleh manfaat dari-Nya. Amiin Ya Rabbul 'Alamin.

سبحان الله وبحمده سبحانك اللهم وبحمدك أشهدأن لاإله إلا أنت  أستغفرك وأتوب إليك


Jakarta, 1 Ramadhan 1438 H.

Buya MEI (Muhammad E. Irmansyah Al Syadzili)