Selasa, 13 Juni 2017

Tausiyah ke-18 Ramadhan 1438 H

 Gambar ilustrasi berdoa (Hidayatullah.com property right)


Buya MEI dalam Ramadhan 1438 H. 
Tausiyah ke-18.

BAGAIMANA SIFAT HAKIKAT DOA KEPADA ALLAH S.W.T. (BAGIAN KE-2)

بسم الله الرحمن الرحيم
نحمده ونصلي على رسوله الكريم حامدا ومصليا ومسلما

Segala puji bagi Allah, shalawat serta salam semoga terlimpah ke atas utusan terpilih, Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam.
Alhamdulillah hari ini adalah puasa kita yang ke-18.

Hari ini kita melanjutkan bahasan tentang bagaimana sifat hakikat doa kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Mengenai ini kemarin kita telah mengutip Al-Imam Ibnu Athoillah Askandary Rah.a. (murid Abu Hasan Asy-Syadzili) yang telah merumuskan dalam Kalam Hikmahnya yang ke-21 sebagai berikut:

طَلَبُكَ مِنْهُ اِتِّهَامٌ لَهُ، وَطَلَبُكَ لَهُ غَيْبَةٌ مِنْكَ عَنْهُ، وَطَبُكَ لِغَيْرِهِ لِقِلَّةِ حَيَاءِكَ مِنْهُ، وَطَلَبُكَ مِنْ غَيْرِهِ لِوُجُوْدِ بُعْدِكَ عَنْهُ 

"Menuntut Anda daripadaNya (Allah) adalah kurang percaya kepadaNya.
Menuntut Anda kepadaNya adalah (berarti) Anda tidak melihatNya.
Menuntut Anda kepada lainNya, adalah karena sedikit malu Anda terhadapNya.
Menuntut Anda dari lainNya, adalah karena terdapat jauhnya Anda daripadaNya."

(a) طَلَبُكَ مِنْهُ اِتِّهَامٌ لَهُ
"Menuntut Anda daripadaNya (Allah) berarti kurang kepercayaan Anda kepadaNya."
Sudah dibahas kemarin.

(b) طَلَبُكَ لَهُ غَيْبَةٌ مِنْكَ عَنْهُ
"Menuntut atau memohon Anda kepadaNya berarti Anda tidak melihatNya."
Maksudnya ialah, apabila kita memohon kepada Allah supaya kita hampir kepadaNya dan hilang hijab-hijab yang mendinding antara kita denganNya, sehingga apabila kita telah hampir kepadaNya dan segala hijab-hijab itu telah hilang tentu kita melihatNya dengan matahati kita.
Permohonan atau doa yang begini sifat lahiriahnya adalah baik, tetapi bagi pandangan hamba Allah yang muqarrabin adalah kebalikannya, sebab kewajiban kita adalah beramal dengan mujahadah, yakni memerangi hawa nafsu, syaitan dan iblis dalam segala gerak dan perbuatan kita. 

Apabila kita beramal dengan Istiqomah, karena Allah SWT., insya Allah Dia akan menghampirkan diri kita kepadaNya. Apabila kita telah hampir kepada Allah, maka kita tidak perlu bermohon lagi, bahkan pada hakekatnya kita tidak perlu meminta "hampir" kepadaNya, sebab memang Dia telah hampir dan begitu dekat kepada kita. Bukankah Allah telah berfirman dalam Al-Qur'an Al-Karim: 

‎وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ ۖ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ


سوره ق ١٦


"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan Kami mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya dan Kami lebih dekat kepadanya dari urat lehernya." (QS. Qaaf: 16)

Kita saja yang tak melihat Allah, bahkan bagi orang awam betul-betul Allah tidak dilihatnya, baik oleh matanya sendiri maupun matahatinya. Ini bukan berarti bahwa Allah jauh dari kita, tetapi Dia adalah dekat dan Maha Dekat.

Hal keadaan ini telah dijelaskan oleh Allah dalam Kitab Suci Al-Qur'an:
وَنَحْنُ أَقْرَبُ إلَيْهِ مِنْكُمْ، وَلٰكِنْ لَاتُبْصِرُوْنَ
سورة الواقعة: ٨٥
"Dan Kami lebih dekat kepada orang itu dari kamu, tetapi kamu tidak melihat." (QS. Al Waqi'ah: 85)

Dicukupkan buat hari ini, insya Allah besok dilanjutkan lagi pembahasan hari ini.
Yang benar datangnya dari Allah Azza Wa Jalla dan yang dho'if datangnya dari buya.
Wallahu a'lam bishshowab.

Billahi Fii Sabilil Haq.

سبحان الله وبحمده سبحانك اللهم وبحمدك أشهدأن لاإله إلا أنت  أستغفرك وأتوب إليك

Jakarta, 18 Ramadhan 1438 H (13/6/2017)

MEI (Muhammad E Irmansyah Al-Syadzili)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar