TAUSIYAH MENJELANG BERBUKA PUASA PADA ACARA BERBUKA BERSAMA DI KANTOR SYARIKAT ISLAM
Jl. Pangeran Diponegoro 43, Jakarta Pusat.
Pada tanggal 21 Ramadhan 1438 H bertepatan tanggal 16 Juli 2017 M.
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم
أَلْحَمْدُ لِله وَحْدَه وَصَّلَةُ وَسَّلَامُ عَلى مَنْ لَا نَبِيَّ بَعْدَه، وَعَلَى اٰلِيْهِ
وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَلَه، أَمَّ بَعْد
Segala puji bagi Allah, shalawat serta salam semoga terlimpah ke atas utusan terpilih, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam.
Kaum Syarikat Islam yang dimuliakan Allah SWT. Alhamdulillah hari ini kita berpuasa pada hari ke 21, yaitu masuk bagian ketiga di 10 hari terakhir di bulan Ramadhan 1438 Hijriah.
Pihak sekretariat kemarin meminta Buya untuk bicara tentang doa sekaligus berdoa.
Rasulullah saw. menyatakan bahwa bagian pertama bulan Ramadhan adalah masa diturunkannya rahmat, bagian pertengahan bulan Ramadhan adalah masa diturunkannya maghfirah ampunan sebagai balasan dan penghormatan terhadap puasa yang telah dilakukan pada bagian pertama. Dan bagian ketiga yaitu 10 hari terakhir adalah pembebasan dari api neraka.
Rasulullah saw. bersabda:
عن ابي سعيد الخدري رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إن لله تبارك وتعالى عتقاء في كل يوم وليلة يعني في رمضان وإن لكل مسلم في كل يومٍ وليلة دعْوةً مستجابة
Dari Abu Sa'id Al-Khudri r.a., Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah membebaskan banyak (ruh-ruh dari neraka) setiap siang dan malam, yakni pada bulan Ramadhan. Dan sesungguhnya bagi setiap muslim, pada setiap siang dan malam ada satu doa yang dikabulkan." (Bazar -At-Targhib).
Selain hadist di atas terdapat hadist-hadist lainnya yang menyatakan bahwa doa orang yang berpuasa akan diterima.
Sebuah hadist menyebutkan bahwa doa orang yang berpuasa akan diterima ketika berbuka. Namun pada umumnya, pada saat itu kita sedang asyik makan, sehingga mengabaikan kesempatan ini, bahkan doa berbuka pun sering terlupakan.
Salah satu doa berbuka puasa yang terkenal adalah:
اَللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَيْكَ تَوَكَلْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ
"Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa, kepada-Mu aku beriman, dan kepada-Mu lah aku bertawakal, dan aku berbuka dengan rizki dari-Mu."
Abdullah bin Amr r.a. ketika berbuka, berdoa demikian:
أَللَّهُممَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِرَحْمَتِكَ الَّتِيْ وَسِعَتٌ كُلَّ شَيْءٍ أَنْ تَغْفِرَلِيْ
"Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan rahmat-Mu yang luas, yang meliputi segala sesuatu, agar Engkau mengampuniku."
Dalam beberapa kitab didapati bahwa Rasulullah saw. sering membaca doa:
يَا وَاسِعَ الْفَضْلِ، اِغْفِرْلِيْ
"Wahai Engkau Pemilik karunia yang luas, ampunilah aku."
Masih ada beberapa doa lainnya yang dapat dibaca ketika berbuka. Tidak ada doa khusus yang ditetapkan ketika itu. Saat berbuka adalah saat ketika doa seseorang dikabulkan. Oleh sebab itu, mohonlah keperluan Anda kepada Allah.
Kalau barusan Buya menyampaikan menyangkut Amal an atau Fi'il, maka sekarang kita bicara tentang bagaimana sifat hakikat doa kepada Allah SWT.
Kalau tadi dipaparkan tentang amalan berdasarkan hadist dan sunnah Rasulullah saw., maka sekarang kita melihat dari sudut ilmu Tauhid. Bagaimana sifat hakikat doa kepada Allah SWT.
Mengenai ini yang mulia Al-Imam Ibnu Athoillah Askandary Rah.a. (murid Syaikh Abu Hasan Ali Asy-Syadzili) telah merumuskan dalam Kalam Hikmahnya yang ke-21 sebagai berikut:
طَلَبُكَ مِنْهُ اِتِّهَامٌ لَهُ، وَطَلَبُكَ لَهُ غَيْبَةٌ مِنْكَ عَنْهُ، وَطَلَبُكَ لِغَيْرِهِ لِقِلَّةِ حَيَاءِكَ مِنْهُ، وَطَلَبُكَ مِنْ غَيْرِهِ لِوُجُوْدِ بُعْدِكَ عَنْهُ
"Menuntut Anda daripadaNya (Allah) adalah kurang percaya kepadaNya.
Menuntut Anda kepadaNya adalah (berarti) Anda tidak melihatNya.
Menuntut Anda kepada lainNya, adalah karena sedikit malu Anda terhadapNya.
Menuntut Anda dari lainNya, adalah karena terdapat jauhnya Anda daripadaNya."
Ijinkan Buya mencoba mengupas apa sebenarnya yang terkandung pada Kalam Hikmah ke-21 diatas.
Kaum Syarikat Islam yang dimuliakan Allah SWT.; Kita selaku hamba Allah menghendaki, bahwa dengan amal ibadah yang kita kerjakan, atau dalam melaksanakan ketaatan kita kepada Allah SWT., seyogyanya kita dalam seluruh tindak-tanduk dan pekerjaan-pekerjaan dalam hidup duniawi ini hendaklah kita niatkan untuk menghampirkan diri kita kepadaNya (Allah SWT.).
Hati kita tidak boleh masygul dengan hanya meminta dan menuntut kepada Allah SWT. dalam segala sesuatu tanpa diikuti dengan perbuatan. Bukan berarti kita tidak boleh berdoa kepada Allah SWT., bahkan kita selalu hendaknya berdoa dan memohon kepadaNya.
Menurut hamba-hamba Allah yang muqarrabin, bahwa doa dan permohonan itu ada macam-macam sifatnya. Sifat-sifat ini adalah menurut penilaian perasaan Ma'rifat mereka. Karena itu tidak dapat disamakan doa mereka dengan doa orang-orang awam yang lalai (Al-Awwamul Ghoflatih).
(a) طَلَبُكَ مِنْهُ اِتِّهَامٌ لَهُ
"Menuntut Anda daripadaNya (Allah) berarti kurang kepercayaan Anda kepadaNya."
Maksudnya, kita memohon kepada Allah, kita meminta kepadaNya, semoga Allah memberi rezeki kepada kita.
Misalnya kita ber-i'tikad, bahwa jika kita tidak memohon kepadaNya, maka maksud kita tidak disampaikan oleh Allah SWT. I'tikad kita yang begini menurut hakikat tauhid dan tasawuf tidak baik, sebab hal keadaan ini membawa kurang kepercayaan kita kepada ilmu Allah, kepada rahmatNya, dan kepada janjiNya.
Sebab apabila kita percaya kepada Allah, bahwa Allah telah mengetahui segala hal keadaan kita, apa yang kita maksudkan dan apa yang kita kehendaki, Allah telah mengetahuinya. Karena itu pada hakekatnya kita tidak perlu minta kepadaNya supaya hajat kita diperkenankanNya.
Sebab ini akan menimbulkan kepercayaan yang tidak baik, bahwa dengan meminta dan memohon itu cita-cita kita sampai, tetapi apabila tidak meminta dan memohon, maka tidak disampaikan olehNya. Padahal Dia telah mengetahui segala maksud kita dan Dia tahu pula manakah yang baik untuk kita dan manakah yang tidak.
Apabila kita percaya kepada Allah dengan rahmatNya, bahwa Dia adalah Pengasih dan Penyayang, karena itu tentu saja maksud kita disampaikan olehNya. Dan ini sudah cukup untuk kita, tidak perlu lagi kita meminta kepadaNya, sebab tidak lain efeknya selain menimbulkan kepercayaan yang tidak baik, atau dengan kata lain, tidak yakin kepada rahmatNya di mana Dia bersifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Juga harus percaya kepada janjiNya, bahwa Dia telah menentukan segala sesuatu pada masa "azal", dan seluruh apa yang ditentukan olehNya, Dia lah yang mentakdirkannya, pada hari dan zaman tertentu, sebab janji Allah lah yang berjalan. Karena itu orang tasawuf yang muwahhid dan hampir kepada Allah SWT. tidak meminta-minta kepada Allah dalam hal ini. Maka tepatlah seperti ucapan sebagian ahli tasawuf:
لَا تَكُوْنُوْا بِطَلَبِ رِزْقٍ مُهْتَمِّيْنَ، فَتَكُوْنُوْا لِلرَّازِقِمُتَّهِمِيْنَ
"Jangan adalah kamu memohon rezeki merupakan orang-orang yang mementingkan (bahwa dengan permohonan itu rezeki kamu dapati), maka kamu adalah orang-orang yang kurang percaya kepada Allah yang Maha Memberi rezeki."
Sebagaimana telah kita sebutkan di atas, bahwa segala sesuatu itu telah ditentukan oleh Allah, dan Allah akan menepati janjiNya, karena itu maka kepada Rasulullah saw. diperintahkan Allah untuk mengucapkan permohonan sebagai pengakuan bahwa Allah yang Maha Kuasa dan Maha Menghendaki atas segala-galanya. Hal keadaan ini telah tersebut dalam Al-Qur'an:
Yang artinya:
"Katakanlah (hai Muhammad!): Wahai Allah yang mempunyai kerajaan! Engkau berikan kerajaan kepada siapa yang Engkau kehendaki, Engkau ambil kerajaan dari siapa yang Engkau kehendaki, Engkau muliakan dan Engkau rendah kan siapa yang Engkau kehendaki, di tangan Engkau kebaikan. Sesungguhnya Engkau (adalah) Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang, Engkau masukkan siang kedalam malam, Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup, dan Engkau berikan rezeki bagi yang Engkau kehendaki tanpa batas." (Q.S. Ali Imran: 26-27)
Ayat ini adalah dalil bagi kita tentang ajaran apa yang telah disebutkan sebelumnya.
(b) طَلَبُكَ لَهُ غَيْبَةٌ مِنْكَ عَنْهُ
"Menuntut atau memohon Anda kepadaNya berarti Anda tidak melihatNya."
Maksudnya ialah, apabila kita memohon kepada Allah supaya kita hampir kepadaNya dan hilang hijab-hijab yang mendinding antara kita denganNya, sehingga apabila kita telah hampir kepadaNya dan segala hijab-hijab itu telah hilang tentu kita melihatNya dengan matahati kita.
Permohonan atau doa yang begini sifat lahiriahnya adalah baik, tetapi bagi pandangan hamba Allah yang muqarrabin adalah kebalikannya, sebab kewajiban kita adalah beramal dengan mujahadah, yakni memerangi hawa nafsu, syaitan dan iblis dalam segala gerak dan perbuatan kita.
Apabila kita beramal dengan Istiqomah, karena Allah SWT., insya Allah Dia akan menghampirkan diri kita kepadaNya. Apabila kita telah hampir kepada Allah, maka kita tidak perlu bermohon lagi, bahkan pada hakekatnya kita tidak perlu meminta "hampir" kepadaNya, sebab memang Dia telah hampir dan begitu dekat kepada kita. Bukankah Allah telah berfirman dalam Al-Qur'an Al-Karim:
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ ۖ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ
سوره ق ١٦
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan Kami mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya dan Kami lebih dekat kepadanya dari urat lehernya." (QS. Qaaf: 16)
Kita saja yang tak melihat Allah, bahkan bagi orang awam betul-betul Allah tidak dilihatnya, baik oleh matanya sendiri maupun matahatinya. Ini bukan berarti bahwa Allah jauh dari kita, tetapi Dia adalah dekat dan Maha Dekat.
Hal keadaan ini telah dijelaskan oleh Allah dalam Kitab Suci Al-Qur'an:
وَنَحْنُ أَقْرَبُ إلَيْهِ مِنْكُمْ، وَلٰكِنْ لَاتُبْصِرُوْنَ
سورة الواقعة: ٨٥
"Dan Kami lebih dekat kepada orang itu dari kamu, tetapi kamu tidak melihat." (QS. Al Waqi'ah: 85)
(c) طَلَبُكَ لِغَيْرِهِ لِقِلَّةِ حَيَاتِكَ مِنْهُ
"Menuntut anda kepada selain Allah berarti karena sedikit malu anda kepadaNya."
Maksudnya, bahwa pada umumnya kita manusia dalam hidup dan kehidupan kita mempergunakan selain Allah sebagai tujuan. Kita mencari mata-benda dunia seolah-olah menjadi tujuan hidup kita. Kita mencari kemegahan dan kemuliaan seolah-olah itu merupakan kebahagiaan terakhir bagi kita.
Ada pula sebagian orang yang mengerjakan amal ibadat, tetapi tujuannya untuk mencapai keramat dan lain sebagainya. Apabila kehendak kita, permohonan kita dan doa kita untuk maksud-maksud diatas, berarti kita kurang atau bahkan tidak malu kepada Allah, sebab kita telah memalingkan diri kita pada selainNya. Tetapi apabila kita selaku hambaNya malu kepadaNya, pastilah kita tidak memalingkan hati kita kepada selain Allah, bahkan semuanya tertuju padaNya.
Kita bermohon dan berdoa kepadaNya bukan untuk kepentingan duniawi dan bukan untuk mencapai keramat dan lain-lainnya, tetapi untuk memantapkan aqidah kita, bahwa betul segala-galanya itu datang dari Allah dan kembali kepadaNya. Inilah yang dimaksudkan dengan doa Rasulullah saw. seperti yang telah disebutkan dalam surah Ali Imran ayat 26-27.
(d) طَلَبُكَ مِنْ غَيْرِهِ لِوُجُوْدِ بُعْدِكَ عَنْهُ
"Menuntut anda dari selain Allah adalah karena terdapat jauh anda daripadaNya."
Maksudnya, untuk mencapai sesuatu yang bersifat duniawi, kita arahkan semata-mata pandangan dan perbuatan kita kepada selain Allah, sedangkan hati kita tidak ingat kepadaNya, atau dengan kata lain dapat digambarkan, kita berusaha untuk mendapatkan sesuatu cita-cita seperti kekayaan, kedudukan, dan lain-lain.
Kita mencarinya dan menuntutnya kepada sebagian manusia, tetapi dalam kita berusaha dan mencarinya itu kita lupa kepadaNya. Kita mengajukan permohonan kepada selainNya, kita mengharapkan semua manusia yang bersangkutan memperkenankannya. Tetapi pada saat itu kita lupa pada Allah SWT. Ini menunjukkan bahwa kita jauh dari Allah, kita tidak dekat denganNya.
Dalam kekuasaanNya lah segala sesuatu dari alam makhluk di bumi dan di langit, di dunia dan di akhirat. Karena itu meskipun lahiriah kita menuntut dan mengemukakan permohonan kepada makhluk, tetapi hendaklah batiniah kita berpegang dan memohon dengan perasaan penuh tawakal kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Kesimpulan:
Segala tujuan, permintaan dan permohonan dalam empat sifat diatas kurang baik, bahkan tidak baik, menurut ajaran akhlak Tauhid dan Tasawuf. Karena itu bagaimanakah permohonan kepada Allah yang dikatakan baik ?
Doa dan tuntutan, permohonan dan permintaan kepada Allah yang dikatakan baik ialah, kita memohon kepada Allah bukan karena sesuatu seperti yang telah disebut dalam 4 sifat gambaran yang telah diuraikan diatas, tetapi kita berdoa kepada Allah adalah karena 'ubudiyah atau kehambaan kita selaku hambaNya kepada Allah SWT., demi rububiyah-Nya (ketuhananNya). Maka kita berdoa kepadaNya tidak lain semata-mata memenuhi anjuranNya untuk menjaga adab kita kepadaNya, sehingga kita tidak digolongkan dalam hamba-hambaNya yang sombong dan takabbur.
Bukankah Allah SWT. telah berfirman dalam Kitab Suci Al-Qur'an:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
(المؤمن: ٦٠)
"Dan Tuhan telah berfirman: Berdoalah kepadaKu, nanti Kuperkenankan (permintaan) kamu itu, sesungguhnya orang yang menyombongkan dirinya dari menyembahKu akan masuk dalam Neraka Jahanam dengan kehinaan." (QS. Al-Mukmin: 60)
Dengan demikian kita berdoa kepada Allah SWT. terlepas dari segala macam ini dan itu, tetapi adalah karena semata-mata mematuhi ajaran Allah, dan karena inilah kita berpahala dengan berdoa, meskipun pada hakekatnya kita tidak perlu berdoa kepadaNya, sebab Allah SWT. Maha Mengetahui dalam segala-galanya. Hendaklah niat kita berdoa karena semata-mata beribadat dan mematuhi ajaran Allah SWT.
Dan satu lagi, kita berdoa karena kita bersyukur kepada Allah SWT. Sesuai firman Allah dalam surah Ibrahim ayat 7:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ
لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
[ابراهيم : ٧]
Artinya: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
Mudah-mudahan ajaran yang baik (Kalam ke-21 dari Kitab Al-Hikam) ini dapat kita pahami dan kita amalkan Tauhid seperti yang telah diamalkan oleh hamba-hamba Allah Salihin, 'Arifin dan Muqarrabin. Amin!
Yang benar datangnya dari Allah Azza Wa Jalla dan yang dho'if datangnya dari buya.
Wallahu a'lam bishshowab.
Sudah masuk waktu maghrib, marilah kita berdoa dengan doa berbuka puasa yang terkenal:
اَللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَيْكَ تَوَكَلْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ
"Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa, kepada-Mu aku beriman, dan kepada-Mu lah aku bertawakal, dan aku berbuka dengan rizki dari-Mu."
Semoga Allah Azza Wa Jalla menerima doa kita semua. Aamiin.
Billahi Fii Sabilil Haq.
سبحان الله وبحمده سبحانك اللهم وبحمدك أشهدأن لاإله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك
Jakarta, 21 Ramadhan 1438 H bertepatan dengan tanggal 16 Juni 2017.
Muhammad E. Irmansyah
Wakil Ketua Dewan Pusat SYARIKAT ISLAM
Periode 2015-2020.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar